Memahami Peran Orangtua dalam Mengawasi Prestasi Anak

Maulana Ilham
8 min readDec 2, 2021

Bila Anda ingin melihat ringkasan penelitian dalam bentuk presentasi, klik link berikut

Pendahuluan

Orang tua memiliki peran strategis dalam menyukseskan pencapaian karir akademis anaknya di sekolah selain guru. Dengan demikian sekolah membutuhkan keterlibatan orang tua secara aktif untuk menjamin mutu peserta didiknya.

Salah satu bentuk keterlibatan orang tua adalah dengan turut serta mengawasi perkembangan anaknya di sekolah. Pada penelitian berikut, peneliti bermaksud menyelidiki bagaimana orang tua mengawasi anaknya beserta tantangan yang dihadapi. Hasil dari riset ini diharapkan dapat menentukan masalah dalam pengawasan dan solusi apa saja yang dapat diimplementasikan guna membantu orang tua dalam mengawasi anaknya.

Rumusan Masalah

  • Mengenal profil persona orang tua siswa tingkat dasar dan menengah
  • Mencermati aktivitas dan motif orang tua dalam mengawasi anak
  • Merumuskan point of view/problem statement

Metode Penelitian

Dengan tujuan di atas, peneliti memutuskan untuk melakukan riset eksploratif dikarenakan peneliti merasa masih belum memiliki cukup pengetahuan mengenai perilaku orang tua dalam mengawasi anaknya sehingga problem statement masih belum dapat didefinisikan.

Metode Pengumpulan Data & Perekrutan Responden

peneliti memilih mengumpulkan data menggunakan teknik in-depth interview di mana peneliti melakukan wawancara terhadap 3 orang tua siswa yang berasal dari tingkat dasar dan 4 orang tua dari tingkat menengah.

In-Depth Interview

Diskusi dua arah dilakukan untuk mengetahui secara mendalam mengenai topik yang diteliti. Peneliti akan menanyakan sejumlah pertanyaan kepada responden responden dalam mengawasi prestasi akademik anak.

Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap literatur yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan untuk memperkuat hasil temuan.

Simple Random Sampling

Peneliti memilih 7 orang tua murid secara acak dari total populasi yang ada. Adapun kriterianya adalah responden memiliki anak yang terdaftar sebagai siswa aktif di jenjang pendidikan setingkat sekolah dasar dan menengah.

User Persona

Usai melakukan in depth interview dan melakukan peninjauan terhadap laporan mereka menggunakan affinity diagram, Peneliti berhasil mengidentifikasi 3 karakter persona berdasarkan tingkat pendidikan anaknya. Berikut user persona dari para ibu rumah tangga dengan anak sekolah dasar yang tergabung dalam penelitian:

Pada umumnya kedua karakter persona ini menginginkan anaknya dapat menjalankan studi dengan baik, oleh karenanya pada karakter persona Ibu Yuli, orang tua akan secara langsung mengawasi anaknya guna memastikan anaknya dapat memahami pelajaran sekolah sementara Ibu Anita akan meminta pengasuh untuk turut membimbing anaknya atau dengan meminta bantuan pihak ketiga. Berikut perbedaan diantara kedua persona tersebut berdasarkan interaksinya dengan anak

Pada dasarnya responden yang memiliki karakteristik seperti Ibu Yuli memiliki intensitas komunikasi cukup tinggi dengan anak sehingga mereka dapat memahami kemampuan anak dalam menguasai pelajaran akademi. Selain itu pada usia sekolah dasar ini anak responden cenderung banyak menghabiskan waktu di rumah. Dengan demikian, anak responden masih berada dalam jangkauan responden sehingga aspek perilaku anak masih bisa diamati dan dikontrol secara langsung. Sementara untuk aspek akademis mereka akan berkomunikasi dengan pihak sekolah khususnya wali kelas untuk memastikan perkembangan anak di sekolahnya.

Berikut cuplikan responden dengan aktivitas kesehariannya yang menggambarkan karakter persona Ibu Yuli berikut kesulitan yang dialami:

Pagi bangun, siapin makan anak, beres-beres, antar jemput. ibu anak 3, satu masih SD, satu masih TK, satu masih kecil. keteteran gak ada suami. daring klo di waktu, gak tatap muka, aku gak bisa dijamin. soalnya satu hari ada 2 pelajaran. jam pertama sama jam kedua, aku gak bisa ikutin, karena klo di rumah, anak gak fokus, terus adiknya minta apalah. yg TK dikasih tugas daring juga, jadi aku menyerah. siangnya aku rada nyantai, masih bisa makan nonton TV. pagi doang yg sibuk sama abis sekolah anak-anak

Sementara untuk kelompok orang tua dengan anak di tingkat sekolah menengah diwakili oleh karakter persona Ibu Tania. Secara umum responden dengan karakteristik ini memiliki kekhawatiran pada perkembangan perilaku anak. Hal ini dikarenakan responden telah menyerahkan tanggung jawab perihal akademik pada anak itu sendiri memasuki usia pubertasnya. Kemudian lingkungan pergaulan dan interaksi sosial anak juga telah semakin luas, tidak hanya berada di lingkungan rumah saja sehingga orang tua tidak lagi memiliki kontrol yang kuat terhadap perilaku anak. Dengan demikian karakter persona Ibu Tania selain perlu mengawasi nilai akademik anak, juga perlu mengawasi sikap perilaku anak baik di dalam maupun di luar rumah.

Untuk (mengawasi) tugas anak mungkin karena anaknya udah besar jadi percaya aja sama anak jadi (misal ditanya) tugas udah beres (terus di jawab) udah ya udah gitu… Terus kalo Ibu novi ngasih tau ada yang udah ngerjain tugas belum oh berarti aman…

Dengan demikian, harapan dari karakter Ibu Tania ini adalah menginginkan anaknya menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan dapat fokus pada kegiatan belajarnya.

Hal lainnya yang mendasari mengapa orang tua menekankan pentingnya melakukan pengawasan pada sikap anak adalah untuk mempersiapkan anaknya menghadapi tantangan di masa datang, baik untuk melanjutkan karir pendidikan maupun menjadi lulusan siap kerja sehingga sebisa mungkin anaknya mendapatkan pengembangan diri di lingkungan sekolahnya dan fokus pada pendidikannya.

Bentuk & Pola Pengawasan Orang Tua

Pengawasan langsung

Pengawasan secara langsung dilakukan dengan terlibat aktif dalam mengarahkan dan menyelesaikan pekerjaan rumah anak. Pendekatan ini akan menyita waktu dan tenaga orang tua. Adapun cara-cara yang dilakukan responden adalah sebagai berikut:

  1. Memeriksa hasil pekerjaan

… nanti di-Screenshot kalo tugasnya udah kekirim.

2. Mengerjakan pekerjaan anak

… nanya ke mamahnya otomatis kita ngasih tau ya A ga mungkin kita biarin jadi kalau di rumah mah tetep aja kita meriksa. Jadi sebelum disetorin ke guru ya benerin dulu. Kita ga tau anaknya ngerti atau ngga gitu. Karena kita orang tua ga semua punya (kemampuan mengajar)

3. Mengajari Anak

… Malam sebelum tidur ngulang pelajaran ato hafalan surah sama ortu. calistung belajar bareng sama orang tua.

Pengawasan tak langsung

Pengawasan tak langsung dilakukan dengan secara pasif mengarahkan dan membina anak untuk menyelesaikan pekerjaannya tanpa perlu teriibat di dalamnya sehingga orang tua dapat fokus mengerjakan urusan lain. Adapun cara-cara yang dilakukan responden adalah sebagai berikut:

  1. Memotivasi

… cara buat alya belajar kita ngasih contoh dari sodara-sodaranya. misal dr kakak sepupunya bisa gambar digital dari socmed, ikut kejuaraan di sekolah…

2. Meminta dukungan pihak ketiga

… Mudah mudahan si anak bisa ikut les terus karena saya ga bisa bantu.

3. Menasihati

… ibu ajarin jibril nilai-nilai kehidupan yang menurut dia sepele, ibu omongin terus berulang-ulang, misal klo orang ngobrol jangan main HP

4. Teguran/Ancaman

(Gimana cara memotivasi bela belajar?) Kalau saya sih biasanya ingetin “Dek pokoknya pas ujian praktik udah hafal (hafalan) kalau ga mamah nanyain

5. Mengintai

Sekarang begitu dia masuk kamar langsung tutup pintu. paling saya dengerin lewat pintu.

Berdasarkan temuan dari laporan-laporan responden dalam mengawasi prestasi anaknya, Peneliti menemukan pola kurva terbalik antara jenjang pendidikan dengan pengawasan orang tua seperti berikut :

Kurva pengaruh jenjang pendidikan terhadap pengawasan orang tua

Kurva diatas menjelaskan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan anak maka orang tua akan semakin melonggarkan pengawasan terhadap anaknya dan memilih melakukan pengawasan tak langsung. Hal ini disebabkan oleh karena semakin kompleksnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan semakin meluasnya ruang interaksi anak. Maka orang tua cenderung akan melepaskan pengaruhnya dan memilih untuk menyerahkan tanggung jawab pada anak agar secara mandiri melakukan self regulated learning sehingga secara perlahan orang tua akan mengubah bentuk pengawasannya menjadi tak langsung.

Seorang self regulated learner mengambil tanggung jawab terhadap kegiatan belajar mereka. Mereka mengambil alih otonomi untuk mengatur dirinya. Mereka mendefinisikan tujuan dan masalah‐masalah yang mungkin akan dihadapinya dalam mencapai tujuan‐tujuannya, (Latipah, E., 2010)

Namun peralihan ini menimbulkan konsekuensi bagi orang tua karena dengan mengawasi secara tidak langsung, dengan kata lain orang tua tidak akan memiliki kendali penuh terhadap sikap anak sehingga responden kerap merasa cemas terhadap perubahan perilaku anak yang diakibatkan oleh pengaruh lingkungan asing, khususnya yang dipandang negatif seperti berpacaran dan perilaku menyimpang lainnya. Dengan demikian kebutuhan orang tua untuk mengawasi sikap anak secara spiritual maupun sosial menjadi meningkat sering dengan jenjang pendidikan.

Kesulitan yang dihadapi orang tua dalam mengawasi anak

Pandemi telah banyak membawa dampak dalam perubahan sikap siswa secara tidak langsung oleh karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan di rumah untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Karena anak tidak bisa lagi bergaul dengan temannya, maka fokus mereka teralihkan dengan penggunaan gadget. Kebanyakan orang tua mengeluhkan penggunaan gadget yang berlebihan telah melalaikan mereka dalam mengerjakan tanggung jawab mereka untuk belajar dan membantu pekerjaan orang tua.

… jangan sering main HP. dari bangun tidur sampe mau tidur main HP terus. apa gak sakit matanya. dia suka main games di HP dengan adiknya … kerjain tugas di hp sambil main tiktok, IG. klo saya udah marah baru stop sesaat. walaupun banyak pelajaran yg didapat dari sosial media, ibu pengennya kayak kita dulu baca buku. anak-anak sekarang paling malas baca buku.

Mereka menganggap gadget memiliki pengaruh signifikan pada prestasi dan perilaku anak karena membuat anak terdistraksi perhatiannya dari pada belajar. Anak biasanya menonton drama korea atau bermain game.Tersitanya waktu anak dengan bermain gadget menimbulkan kekhawatiran tersendiri lantaran anak menjadi cenderung mengurung dan asyik diri dan mereka juga beranggapan bahwa gadget dapat merusak kesehatan matanya.

Dalam merespon hal tersebut, sebagian responden menyiasati perilaku tersebut dengan mengalihkan perhatian pada kegiatan lain dan terdapat juga responden yang mencoba untuk berinteraksi dengan anaknya mencari tahu apa yang dilakukan anaknya ketika bermain gadget.

Point of View/Problem Statement

Melalui penjabaran terhadap user persona, motivasi serta tantangan yang dihadapi, maka peneliti menyusun point of view/problem statement dari masing-masing user persona sbb:

Kesimpulan

  • Dengan memahami tantangan yang dihadapi oleh karakter persona Ibu Yuli, Ibu Anita dan Ibu Tania, Peneliti berkesimpulan bahwa responden di masa pandemi ini memiliki tantangan hebat untuk mengawasi anaknya karena perlu bertindak seperti guru di sekolah bagi anak-anaknya selain juga perlu mengerjakan urusan rumah tangga.
  • Sementara itu responden pun melihat perubahan perilaku anaknya selama pembelajaran jarak jauh berlangsung. Mereka melihat anaknya asyik sendiri bermain gawai hingga melalaikan tanggung jawabnya.
  • Semakin tingginya jenjang pendidikan anak, Orang tua juga merasa perlu mengetahui bagaimana sikap anaknya ketika berada di sekolah dan aktivitas apa saja yang diikutinya karena semakin beranjak remaja usia anak maka responden akan melonggarkan pengaruh pengawasannya, terutama pada sikap anak tersebut.

Menarik kesimpulan di atas, peneliti melihat adanya peluang untuk mengembangkan solusi perangkat lunak sebagai berikut:

  • Aplikasi Parental Control yang mampu memantau penggunaan gadget serta membatasi pengunaanya agar tidak digunakan secara berlebihan oleh anak.
  • Laporan mengenai perkembangan akademik anak, selain menampilkan catatan penilaian akademik, orang tua juga membutuhkan laporan sikap sang anak dari sekolah beserta aktivitas apa saja yang dilakukannya di luar kelas.
  • Khusus untuk karakter Ibu Anita, mereka membutuhkan pengasuh/pengawas terpercaya bagi anaknya ketika sedang bertugas di kantor .

--

--

Maulana Ilham

Just another blog for achieving my dream job :D (Maybe a bit clumsy, but you got the message, right?)